Pernah mendengar soal lipogram? Kata ini tak ada sangkut-pautnya dengan ‘lemak’ (lipo) ataupun dengan berat (gram). Lipogram adalah gaya menulis suatu karangan (baik yang pendek maupun yang panjang) dengan cara menghindarkan penggunaan huruf tertentu. Yang paling
sering sengaja dihindarkan adalah huruf hidup (vowel) seperti huruf ’a’, ’e’ yang memang paling sering dipakai dalam bahasa Inggris. Kalau kita membuat tulisan dengan menghindarkan huruf ’z’,’q’, atau ’x’ tentu tidak terlalu sulit dilaksanakan, namun menghindari pemakaian huruf ’e’ misalnya tentu memerlukan peras otak yang tidak mudah.
Kalimat klasik yang sudah cukup terkenal adalah the quick brown fox jump over the lazy brown dog di mana di sini sama sekali tak digunakan huruf ‘s’. Contoh lipogram yang paling mengagumkan dipelopori oleh Ernest Vincent Wright pada tahun 1939 yang menulis novel ‘Gadsby’ yang terdiri dari 50.000 kata tanpa satu pun menggunakan huruf ’e’. Kendati pun demikian, novel ini mengalir dengan mulus dan enak untuk dibaca dan diakui sebagai salah satu sastra terkemuka.
Pada tahun 1969 Georges Perec mengikuti jejak Vincent Wright menerjemahkan novel La Disparitiondengan berpantang memakai huruf ’e’ sama sekali. Karya agung William Shakespeare juga ditulis ulang oleh Gyles Brandreth dengan langgam lipogram ini seperti Hamlet tanpa menggunakan huruf ’I’ (misalnya pada kutipan “To be or not to be, that’s the query“); Macbeth tanpa huruf ’A’ dan ’E’; Twelfth Night tanpa huruf ’O’ dan ’L’ dan juga Othello tanpa huruf ’O’. Pada sebuah novel yang berjudul Ella Minnow Pea yang ditulis oleh Mark Dunn pada tahun 2001, dikisahkan suatu negara antah berantah yang melarang seluruh rakyatnya menggunakan huruf-huruf tertentu dalam semua tulisan dan semakin lama semakin banyak yang ditabukan.
Inilah sedikit cuplikan dari novel ’Gadsby’ yang tidak memakai huruf ’e’ dalam tulisannya : Upon this basis I am going to show you how a bunch of bright young folks did find a champion; a man with boys and girls of his own; a man of so dominating and happy individuality that Youth is drawn to him as is a fly to a sugar bowl. It is a story about a small town. It is not a gossipy yarn; nor is it a dry, monotonous account, full of such customary ‘fill-ins’ as ‘romantic moonlight casting murky shadows down a long, winding country road.’ Nor will it say anything about tinklings lulling distant folds; robins caroling at twilight, nor any ‘warm glow of lamplight’ from a cabin window. No. It is an account of up-and-doing activity; a vivid portrayal of Youth as it is today; and a practical discarding of that worn-out notion that ‘a child don’t know anything.
Saduran singkatnya adalah : Atas dasar inilah saya akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana sekumpulan anak muda yang cemerlang menemukan jawara, tokoh yang begitu memikat sehingga membuat pemuda-pemuda itu tertarik bak seekor lalat pada secawan gula. Ini adalah hikayat tentang dusun kecil. Ini bukan kisah kasak-kusuk atau kisah berbunga-bunga mengenai kemesraan di bawah sinar bulan purnama. Tak juga ia berkisah tentang dongeng, burung bulbul yang berkeciap di senjahari atau pendaran lampu di balik jendela. Bukan. Dia bertutur tentang kegiatan sehari-hari yang merupakan gambaran pemuda masa kini, suatu pengingkaran pendapat yang berkata bahwa anak muda tidak tahu apa pun soal kehidupan.
Dan berikut ini adalah terjemahan dari novel La Disparition yang juga memakai jurus lipogram tanpa huruf ‘e’ : Noon rings out. A wasp, making an ominous sound, a sound akin to a klaxon or a tocsin, flits about. Augustus, who has had a bad night, sits up blinking and purblind. Oh what was that word (is his thought) that ran through my brain all night, that idiotic word that, hard as I’d try to put it down, was always just an inch or two out of my grasp - fowl or foul or Vow or Voyal?- a word which, by association, brought into play an incongruous mass and magma of nouns, idioms, slogans and sayings, a confusing, amorphous outpouring which I sought in vain to control or turn off but which wound around my mind a whirlwind of a cord, a whiplash of a cord, a cord that would split again and again, would knit again and again, of words without communication or any possibility of combination, words without pronunciation, signification or transcription but out of which, notwithstanding, was brought forth a flux, a continuous, compact and lucid flow: an intuition, a vacillating frisson of illumination as if caught in a flash of lightning or in a mist abruptly rising to unshroud an obvious sign–but a sign, alas, that would last an instant only to vanish for good.”
Apakah lipogram juga pernah dilakukan oleh pengarang Indonesia? Sepanjang pengetahuan saya belum pernah ada. Memang tidak mudah melakukannya. Tulisan ini harus tetap terjaga ‘mengalir’ (flow) dan nyaman untuk dibaca. Hanyalah penulis yang mumpuni yang sanggup melaksanakan.
0 comment:
Post a Comment